Monday, February 27, 2012

Beberapa penemu yang mati karena penemuannya sendiri

1. Alexander Bogdanov

Ia merupakan fisikawan, filosofer, ekonomis, penulis sci-fi, dan revolusioner Rusia yg terkenal (buset maruk amat). Salah satu eksperimen ilmiahnya adalah ide untuk peremajaan kembali (rejuvenation) melalui transfusi darah. Setelah melakukan banyak transfusi darah untuk orang2 terkenal, termasuk sodara ceweknya Lenin, ia memutuskan untuk mentransfusi darah dari pasien lain ke dirinya sendiri. Pasien itu mengidap malaria dan tuberkulosis (TBC). Akibatnya, dia mati beberapa saat setelah transfusi. Terang saja dia mati, karena darah yang dimasukan ketubuhnya tak memenuhi syarat kebersihan, A.K.A beerpenyakitan.

2. William Bullock

Ia merupakan penemu dari Amerika yg menemukan mesin cetak pada tahun 1863. Ia meninggal ketika berusaha untuk membetulkan mesin cetaknya. Kakinya masuk ke dalam mesin ketika berusaha menendang sebuah kerekan ke tempatnya. Akhirnya kakinya hancur dan ia meninggal selama operasi pengamputasian kakinya. Meneyeramkan bukan, makannya pak, safety first donk kalo coba perbaiki sesuatu, jangan asal tendang aj.

3. J. G. Parry-Thomas

Ia merupakan seorang pengendara sekaligus montir motor-balap Welsh. Ia selalu bermimpi untuk dapat memecahkan rekor tercepat di darat yg pernah diset oleh Malcolm Campbell, dan mulai membuat sebuah mobil untuk melakukannya. Ia membuat sebuah mobil bernama Babs, yg memiliki banyak modifikasi. Pada 27 April 1926, ia berhasil memecah rekor tersebut, namun berhasil dipecahkan lagi oleh Campbell 2 tahun kemudian. Dalam usaha memecahkan rekor itu kembali, salah satu rantai terlepas dan melayang ke lehernya, seketika itu juga lehernya terpenggal dan ia tewas. tidak bisa memberikan komentar untuk yang satu ini karena terlalu mengenaskan.

4. Karel Soucek

Ia merupakan stuntman Kanada yg terkenal dengan penemuannya berupa sebuah "kapsul" yg digunakannya untuk berseluncur di Air Terjun Niagara. Ia tetap hidup, namun menderita beberapa luka2. Pada 1985, ia meyakinkan sebuah perusahaan untuk mendanai sebuah percobaan yang sama tapi dilakukan dari Houston Astrodome di Texas. Air terjun khusus dibuat dari atas bangunan setinggi 180 kaki, dg sebuah plunge pit di bawahnya. Namun, percobaan ternyata gagal, Soucek ga sampe di plunge pit yg disediakan. Ia luka serius dan meninggal keesokan harinya. Hadeh, bapaknya ada - ada aj, lain kali maen seluncuran aj lah pak yang aman dan nyaman.

5. Thomas Midgley Jr

Ia merupakan kimiawan dari Amerika yg menemukan minyak bertimbal dan CFC. Ia bertanggung jawab atas banyak kerugian yg disebabkan oleh kerusakan atmosfer karena penemuannya itu. Akhirnya ia menderita Polio dan keracunan timbal dan juga cacat. Ia meninggal pada usia 55 tahun. Akhirnya pencipta polutan pun mati karena polutan yg dibuatnya. Buatlah yang aman untuk kesehatan aja pak, ini ma senjata makan tuan, orang berusaha menghilangkan polutan anda malah bikin.

Tuesday, January 24, 2012

PENGGUNAAN TIK DALAM DUNIA PENDIDIKAN SEBAGAI PENDUKUNG KEBERHASILAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

PENDAHULUAN

Budaya membaca bangsa kita khususnya generasi muda belum terlalu menggembirakan. Apalagi ketika kita bandingkan dengan budaya membaca bangsa lain. Setidaknya ini adalah data dari UNESCO tahun 2005 dalam melihat apresiasi para pembelajar dalam membaca. Gempuran media audio visual menyebabkan kita terlena dalam mendapatkan informasi. Kita menjadi cenderung pasif membaca. Membaca bagi rata-rata orang memang masih dianggap sebagai rutinitas yang membosankan. Bagi pelajar dan mahasiswa yang tidak terbiasa ‘bergaul’ dengan buku, kehadiran buku teks menjadi tantangan tersendiri untuk dikuasai. Hasilnya, walaupun level kegemaran membaca ini bukan salah satu faktornya, tingkat Human Development Index Indonesia masih bertengger di angka 100-an. Data yang dikeluarkan United Nations Development Programme (UNDP) mengenai Human Development Report tahun 2007/2008 menyatakan bahwa Indonesia memiliki HDI dengan urutan ke-107. Angka ini jauh dibawah negara tetangga seperti Malaysia, Brunei dan Singapura yang sudah termasuk dalam kategori High Human Development. Angka HDI ini sangat relevan untuk melihat sejauh mana tingkat melek huruf dan pendidikan.
Rendahnya tingkat melek huruf, memang berkorelasi dengan tingkat partisipasi pendidikan Indonesia juga masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga. Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat partisipasi pendidikan tinggi kita masih di bawah 20 persen. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding Malaysia dan Thailand yang mencapai 45 hingga 50 persen, Singapura dan Jepang mencapai 55 persen, sedangkan Korea mencapai 90 persen (Tempo Interaktif, 2009). Kenyataan ini tidak hanya terbatas pada perguruan tinggi, namun juga pendidikan menengah. Di antara beberapa faktor penyebab rendahnya angka partisipasi adalah infratruktur yang tidak sebanding dengan jumlah calon peserta didik.
Bertolak dari hal tersebut, kini kita mendapatkan fakta yang boleh dibilang tidak berkorelasi positif dengan kondisi di atas, dimana demam TIK sudah mewabah tidak hanya di kalangan pendidik, namun juga masyarakat awam. Pemanfaatan TIK yang semakin luas ini tentu saja memerlukan perhatian dari semua pihak agar fokus pemanfaatan itu tidak hanya disekitar “fun, fashion, and entertainment”. Berfokus pada ketiga hal ini tentu terkesan “meninabobokan”. Diperlukan sisi lain untuk disentuh, dalam hal ini pendidikan. Sudah terdapat banyak sekali penelitian yang menyebutkan bahwa TIK dapat menjadi pendukung (enabler) bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. TIK memiliki peranan strategis disini untuk memperluas akses ke sumber-sumber informasi pendidikan.
Upaya-upaya peningkatan kualitas serta kuantitas pendidikan telah dilakukan oleh pihak pemerintah, walau sampai saat ini hasilnya belum memuaskan. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah biasanya bersifat konstitusional demi mendapatkan lulusan dari sekolah yang kompetitif dan siap bersaing secara global, misalnya dengan menetapkan angka batas minimal kelulusan UAN (sebesar 4,25?). Menurut saya, hal ini bukannya cara memperbaiki mutu pendidikan melainkan justru nampak sepertinya kita hendak menjegal generasi kita.
Apabila kita amati dengan seksama, apa sebenarnya yang menjadi inti permasalahan pada dunia pendidikan, mungkin jauh lebih sulit dari menggantang asap. Berbagai hal dapat saja dipersalahkan sebagai pokok masalah yang menghambat kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Namun demikian, yang jelas-jelas dapat kita temukan sebagai suatu kecacatan ialah proses belajar mengajar konvensional yang mengandalkan tatap muka antara guru dan murid, dosen dengan mahasiswa, pelatih dengan peserta latihan, bagaimanapun merupakan sasaran empuk yang paling mudah menjadi sasaran bagi suara-suara kritis yang menghendaki peningkatan kualitas pada dunia pendidikan. Ketidakefektifan adalah kata yang paling cocok untuk sistem ini, sebab seiring dengan perkembangan zaman, pertukaran informasi menjadi semakin cepat dan instan, namun institut yang masih menggunakan sistem tradisional ini mengajar (di jenjang sekolah tinggi kita anggap memberikan informasi) dengan sangat lambat dan tidak seiring dengan perkembangan TIK. Sistem konvensional ini seharusnya sudah ditinggalkan sejak ditemukannya media komunikasi multimedia. Karena sifat Internet yang dapat dihubungi setiap saat, artinya siswa dapat memanfaatkan program-program pendidikan yang disediakan di jaringan Internet kapan saja sesuai dengan waktu luang mereka sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk mencari sumber belajar dapat teratasi. Dengan perkembangan pesat di bidang teknologi telekomunikasi, multimedia, dan informasi; mendengarkan ceramah, mencatat di atas kertas sudah tentu ketinggalan jaman.
Penggunaan TIK Dalam Dunia Pendidikan

Arti TIK bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Namun hal Pemanfaatan TIK ini di Indonesia baru memasuki tahap mempelajari berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapan TIK untuk pendidikan memasuki milenium ketiga ini. Padahal penggunaan TIK ini telah bukanlah suatu wacana yang asing di negeri Paman Sam sana. Pemanfaatan IT dalam bidang pendidikan sudah merupakan kelaziman di Amerika Serikat pada dasawarsa yang telah lalu. Ini merupakan salah satu bukti utama ketertinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa di dunia. Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet sebagai media utamanya telah mampu memberikan kontribusi yang demikian besar bagi proses pendidikan. Teknologi interaktif ini memberikan katalis bagi terjadinya perubahan medasar terhadap peran guru: dari informasi ke transformasi. Setiap sistem sekolah harus bersifat moderat terhadap teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih cerdas. Dan Teknologi Informasi dan komunikasi yang menjadi kunci untuk menuju model sekolah masa depan yang lebih baik.
Tantangan Sekolah: Kendala Infrastruktur & SDM adalah menjadi rahasia umum bahwa akselerasi pemafaatan TIK di sekolah masih perlu dipercepat. Keinginan ini tentu bukan tanpa alasan, karena di era globalisasi yang serba cepat dan modern ini kita dituntut bias memanfaatkan TIK dalam hidup kita. Rata-rata infrastruktur dan SDM di sekolah memang masih minim untuk menangani akselerasi ini. Tidak semua sekolah memiliki laboratorium komputer yang memadai. Selain itu SDM sekolah yang diberi wewenang mengelola TIK terkadang tidak cukup, baik dari sisi jumlah maupun kompetensi. Tidak dipungkiri memang ada pihak manajemen sekolah yang patut diacungi jempol karena keinginan dan kepedulian kuatnya, berani ”mengimpor” SDM dari institusi lain untuk menangani TIK di lingkungannya. Kondisi ini tentu perlu menjadi perhatian dan pekerjaan rumah bagi instansi terkait.
Inisiatif pemanfataan TIK dalam pendidikan sebenarnya sudah berjalan cukup lama dan tidak hanya datang dari Pemerintah, tetapi juga dari masyarakat dan institusi swasta. Global Distance Learning Network (GDLN) Indonesia yang memiliki subcenter di Universitas Indonesia, Universitas Hasanuddin, Universitas Udayana, dan Universitas Riau sangat berpotensi untuk mendukung program distance learning. Belum lagi, Departemen Pendidikan Nasional melalui Pustekkom telah menyediakan infrastruktur jaringan yang menghubungkan antar-institusi di Indonesia melalui Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas).
Jardiknas yang terbagi menjadi empat zona (zona perguruan tinggi –Inherent, zona sekolah, zona dinas, dan zona individu) sanggup merangkul institusi pendidikan hingga ke level kabupaten. Fasilitas Jardiknas sudah menjamin konektivitas antar-institusi bisa dilakukan. Kini sudah banyak perguruan tinggi negeri dan swasta sudah terhubung ke Inherent. Pada tahap awal saja, yaitu tahun 2006 telah terbangun interkoneksi 32 localnode yang berada di perguruan-perguruan tinggi di ibu-ibu kota propinsi di Indonesia dengan bandwith bervariasi mulai 1, 2, 8, hingga 155 Mbps! Data terakhir menunjukkan sudah terdapat 462 nodes untuk Intranet Diknas Kota/Kabupaten, 300 nodes untuk Zona Perguruan Tinggi, dan 93 nodes untuk ICT Center (PGSD) (www.jardiknas.diknas.go.id). Selain itu, Detiknas juga telah memasukkan e-Pendidikan sebagai salah satu Flagship Program TI nasional.
Perkembangan pemanfaatan Internet sebagai media akses informasi merupakan modal dasar yang menggembirakan. Jumlah pemakai internet untuk di Indonesia terus meningkat. Menurut data dari APJII, pada tahun 2007 pemakai internet di Indonesia mencapai 25 juta orang, meningkat 25% dibanding tahun sebelumnya. Jumlah warnet juga semakin banyak. Menurut AWARI, pada awal tahun 2008 jumlah warnet di seluruh Indonesia sekitar 10.000, dan diperkirakan mencapai 12.000 di akhir tahun. Biaya warnet juga terus turun dari tahun ke tahun semakin memperluas peluang masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah untuk menggunakan internet.
Hanya saja ”berlimpahnya” akses ke Internet tidak secara otomatis membantu sekolah dalam mendayagunakan TIK dalam pembelajaran. Masih perlu sentuhan dan pembimbingan dari pihak lain, baik individu maupun institusi. Dalam konteks inilah universitas dapat mengambil peran untuk meningkatkan akselerasi pemanfaatan TIK dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Dilihat dari sisi ”topografi”, keberadaan sekolah ternyata tidak terlalu jauh dengan keberadaan institusi perguruan tinggi baik yang negeri maupun swasta. Kalau kita telusuri lebih lanjut, ternyata institusi perguruan tinggi yang memiliki program studi berbasis TI tidak sedikit. Diantara institusi tersebut, sudah ratusan jumlahnya yang tergabung dalam Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer (APTIKOM). Institusi pendidikan TIK mampu menjadi lokomotif dalam meningkatkan akselerasi pemanfaatan TIK di sekolah.
Menyemai Program Kemitraan
Pada tanggal 6 April 2009 yang lalu, Tim Esfindo (E-School for Indonesia) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia telah merilis sebuah mekanisme kerjasama kepada sekolah untuk mendayagunakan sistem pembelajaran online gratis. Fasilitas yang ada pada sistem ini meliputi fasilitas untuk komunikasi dua arah baik yang sinkronus maupun asinkronous, fasilitas manajemen pengguna, manajemen bahan ajar dan evaluasi. Dengan memanfaatkan sistem ini, pengguna mampu belajar dalam lingkungan belajar yang tidak jauh berbeda dengan suasana sebagaimana pembelajaran konvensional. Portal yang digunakan juga bukan sesuatu yang baru, diimplementasikan berbasis sistem open source, Moodle. Modifikasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan jenjang pendidikan. Tingkat sekolah menengah (K-12) memerlukan perhatian yang berbeda karena nature dari konten pendidikan dan karakteristik pelajar berbeda dengan universitas. Selain itu kemampuan TI baik pelajar dan guru masih bervariasi.
Hanya saja yang seharusnya lebih menjadi concern kita saat ini bukan pada jenis sistem apa yang dipakai, namun inisiatif apa yang sudah dilakukan berbagai pihak dalam pemanfaatan TIK ini. Inisiatif institusi yang mampu untuk memberikan layanan dan bimbingan terhadap institusi lain masih perlu ditumbungkembangkan. Universitas juga memiliki banyak ahli tidak hanya di bidang science, namun juga humaniora. Ini adalah modal penting untuk mengemas konten pendidikan yang berkualitas. Jalinan kerjasama juga dapat dilakukan antar konsorsium dosen dan guru (MGMP).
Sistem pembelajaran online dapat digunakan untuk membantu proses transformasi paradigma pembelajaran dari teacher-centered menuju student-centered. Bukan lagi pengajar yang aktif “menyuapi” pembelajar dengan materi atau meminta siswa bertanya mengenai sesuatu yang belum dipahami, tetapi disini siswa difasilitasi untuk belajar secara kritis dan aktif. Sistem ini dapat juga dikemas untuk melangsungkan proses belajar mengajar dengan pendekatan kolaboratif (collaborative learning) maupun pemecahan masalah (problem-based learning).
Akhirnya, upaya ini pada dasarnya hanya satu upaya dari sekian banyak upaya yang bisa dilakukan pihak universitas dalam membantu sekolah mendayagunakan TIK untuk meningkatkan akses para siswa terhadap konten dan aktivitas pembelajaran. Tentu saja ini juga bukan bentuk dukungan pertama kali dari pihak universitas kepada sekolah. Paling tidak inilah satu bentuk model yang bisa dilakukan untuk meningkatkan akselerasi TIK di bidang pendidikan kita.
Usaha-usaha dari anak-anak bangsa juga terus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dalam hal penyampaian proses pendidikan dengan penggunaan TIK. Semisalnya, baru-baru ini Telkom, Indosat, dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan kesiapannya untuk mengembangkan IT untuk pendidikan di Indonesia, dimulai dengan proyek-proyek percontohan. Telkom menyatakan akan terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas infrastruktur jaringan telekomunikasi yang diharapkan dapat menjadi tulang punggung (backbone) bagi pengembangan dan penerapan IT untuk pendidikan serta implementasi-implementasi lainnya di Indonesia. Bahkan, saat ini Telkom mulai mengembangkan teknologi yang memanfaatkan ISDN (Integrated Sevices Digital Network) untuk memfasilitasi penyelenggaraan konferensi jarak jauh (teleconference) sebagai salah satu aplikasi pembelajaran jarak jauh.
Banyak aspek dapat diajukan untuk dijadikan sebagai alasan-alasan untuk mendukung pengembangan dan penerapan IIK untuk pendidikan dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan nasional Indonesia. Salah satu aspeknya ialah kondisi geografis Indonesia dengan sekian banyaknya pulau yang terpencar-pencar dan kontur permukaan buminya yang seringkali tidak bersahabat, biasanya diajukan untuk menjagokan pengembangan dan penerapan TIK untuk pendidikan. TIK sangat mampu dan dijagokan agar menjadi fasilitator utama untuk meratakan pendidikan di bumi Nusantara, sebab TIK yang mengandalkan kemampuan pembelajaran jarak jauhnya tidak terpisah oleh ruang, jarak dan waktu. Demi penggapaian daerah-daerah yang sulit tentunya diharapkan penerapan ini agar dilakukan sesegera mungkin di Indonesia.
IMPLIKASI TIK DI DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA
E-education, istilah ini mungkin masih asing bagi bangsa Indonesia. e-education (Electronic Education) ialah istilah penggunaan IT di bidang Pendidikan. Internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi masalah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. (Berapa banyak perpustakaan di Indonesia, dan bagaimana kualitasnya?) Adanya Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat berupa Digital Library. Sudah banyak cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.
A. Pemanfaatan TIK Bagi Institut Pendidikan

Pesatnya perkembangan TIK , khususnya internet, memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam suatu institusi pendidikan. Dilingkungan perguruan tinggi, pemanfaatan TIK lainnya yaitu diwujudkan dalam suatu sistem yang disebut electronic university (e-University). Pengembangan e-University bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, sehingga perguruan tinggi dapat menyediakan layanan informasi yang lebih baik kepada komunitasnya, baik didalam maupun diluar perguruan tinggi tersebut melalui internet. Layanan pendidikan lain yang bisa dilaksanakan melalui sarana internet yaitu dengan menyediakan materi kuliah secara online dan materi kuliah tersebut dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.
Lingkungan Akademis Pendidikan Indonesia yang mengenal alias sudah akrab dengan Implikasi TIK di bidang Pendidikan adalah UI dan ITB. Di UI, misalnya, hampir setiap Fakultas telah memiliki jaringan yang dapat di akses oleh masyarakat, memberikan informasi bahkan bagi yang sulit mendapatkannya karena problema ruang dan waktu. Hal ini juga tentunya sangat membantu bagi calon mahasiswa maupun mahasiswa atau bahkan alumni yang membutuhkan informasi tentang biaya kuliah, kurikulum, dosen pembimbing, atau banyak yang lainnya. Contoh lain adalah Universitas Swasta Bina Nusantara juga memiliki jaringan Internet yang sangat mantap, yang melayakkan mereka mendapatkan penghargaan akademi pendidikan Indonesia dengan situs terbaik. Layanan yang disediakan pada situs mereka dapat dibandingkan dengan layanan yang disediakan oleh situs-situs pendidikan luar negeri seperti Institut Pendidikan California atau Institut Pendidikan Virginia, dan sebagainya.
Pada tingkat pendidikan SMA implikasi TIK juga sudah mulai dilakukan walau belum mampu menjajal dengan implikasi-implikasinya pada tingkatan pendidikan lanjutan. Di SMA ini rata-rata penggunaan internet hanyalah sebagai fasilitas tambahan dan lagi TIK belum menjadi kurikulum utama yang diajarkan untuk siswa. TIK belum menjadi media database utama bagi nilai-nilai, kurikulum, siswa, guru atau yang lainnya. Namun prospek untuk masa depan, penggunaan TIK di SMA cukup cerah.
Selain untuk melayani Institut pendidikan secara khusus, adapula yang untuk dunia pendidikan secara umum di indonesia. Ada juga layanan situs internet yang menyajikan kegiatan sistem pendidikan di indonesia. situs ini dimaksudkan untuk merangkum informasi yang berhubungan dengan perkembangan pendidikan yang terjadi dan untuk menyajikan sumber umum serta jaringan komunikasi (forum) bagi administrator sekolah, para pendidik dan para peminat lainnya. Tujuan utama dari situs ini adalah sebagai wadah untuk saling berhubungan yang dapat menampung semua sektor utama pendidikan. Contoh dari situs ini adalah www.pendidikan.netDisamping lingkungan pendidikan, misalnya pada kegiatan penelitian kita dapat memanfaatkan internet guna mencari bahan atau pun data yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut melalui mesin pencari pada internet. Situs tersebut sangat berguna pada saat kita membutuhkan artikel, jurnal ataupun referensi yang dibutuhkan. Situs tersebut contohnya seperti google.com atau searchindonesia.com atau sumpahpalapa.netInisiatif-inisiatif penggunaan IT dan Internet di luar institusi pendidikan formal tetapi masih berkaitan dengan lingkungan pendidikan di Indonesia sudah mulai bermunculan. Salah satu inisiatif yang sekarang sudah ada adalah situs penyelenggara “Komunitas Sekolah Indonesia”. Situs yang menyelenggarakan kegiatan tersebut contohnya plasa.com dan smu-net.com

B. TIK Sebagai Media Pembelajaran Multimedia


Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang harus berkelana atau berjalan jauh menempuh ruang dan waktu untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring dan mailing list. Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Sulawesi dapat berdiskusi masalah teknologi komputer dengan seorang pakar di universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.
Sharing information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.
Virtual university merupakan sebuah aplikasi baru bagi Internet. Virtual university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 40 – 50 orang. Virtual university dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja. Penyedia layanan Virtual University ini adalah www.ibuteledukasi.com . Mungkin sekarang ini Virtual University layanannya belum efektif karena teknologi yang masih minim. Namun diharapkan di masa depan Virtual University ini dapat menggunakan teknologi yang lebih handal semisal Video Streaming yang dimasa mendatang akan dihadirkan oleh ISP lokal, sehingga tercipta suatu sistem belajar mengajar yang efektif yang diimpi-impikan oleh setiap ahli TIK di dunia Pendidikan. Virtual School juga diharapkan untuk hadir pada jangka waktu satu dasawarsa ke depan.
Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan Internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan. Untuk merangkumkan manfaat Internet bagi bidang pendidikan di Indonesia:

. Akses ke perpustakaan;
. Akses ke pakar;
. Melaksanakan kegiatan kuliah secara online;
. Menyediakan layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan;
. Menyediakan fasilitas mesin pencari data;
. Meyediakan fasilitas diskusi;
.Menyediakan fasilitas direktori alumni dan sekolah;
. Menyediakan fasilitas kerjasama;
. Dan lain – lain.

C. Kendala-Kendala Pengimplikasian di Indonesia

Jika memang TIK dan Internet memiliki banyak manfaat, tentunya ingin kita gunakan secepatnya. Namun ada beberapa kendala di Indonesia yang menyebabkan TIK dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin. Kesiapan pemerintah Indonesia masih patut dipertanyakan dalam hal ini.
Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan sumber daya manusia, proses transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukumnya yang mengaturnya. apakah infrastruktur hukum yang melandasi operasional pendidikan di Indonesia cukup memadai untuk menampung perkembangan baru berupa penerapan IT untuk pendidikan ini. Sebab perlu diketahui bahwa Cyber Law belum diterapkan pada dunia Hukum di Indonesia.
Selain itu masih terdapat kekurangan pada hal pengadaan infrastruktur teknologi telekomunikasi, multimedia dan informasi yang merupakan prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan sementara penetrasi komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Biaya penggunaan jasa telekomunikasi juga masih mahal bahkan jaringan telepon masih belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia.. Untuk itu perlu dipikirkan akses ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Sementara itu tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di kampus, sekolahan, dan bahkan melalui warung Internet.Hal ini tentunya dihadapkan kembali kepada pihak pemerintah maupun pihak swasta; walaupun pada akhirnya terpulang juga kepada pemerintah. Sebab pemerintahlah yang dapat menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi investasi swasta di bidang pendidikan. Namun sementara pemerintah sendiri masih demikian pelit untuk mengalokasikan dana untuk kebutuhan pendidikan. Saat ini baru Institut-institut pendidikan unggulan yang memiliki fasilitas untuk mengakses jaringan TIK yang memadai. Padahal masih banyak institut-institut pendidikan lainnya yang belum diperlengkapi dengan fasilitas IT.Harapan kita bersama hal ini dapat diatasi sejalan dengan perkembangan telekomunikasi yang semakin canggih dan semakin murah.

(yustina.blog.upi.edu/2009/06/26/artikel-1/)

PERAN TIK DALAM BIDANG PENDIDIKAN

Terdapat 6 peranan TIK dalam bidang pendidikan, antara lain :
1. TIK sebagai skill dan kompetensi
• Penggunaan TIK harus proporsional maksudnya TIK bisa masuk ke semua lapisan masyarakat tapi sesuainya dengan porsinya masing-masing.

2. TIK sebagai infratruktur pembelajaran
• Tersedianya bahan ajar dalam format digital
• The network is the school
• belajar dimana saja dan kapan saja
3. TIK sebagai sumber bahan belajar
• Ilmu berkembang dengan cepat
• Guru-guru hebat tersebar di seluruh penjuru dunia
• Buku dan bahan ajar diperbaharui secara kontinyu
• Inovasi memerlukan kerjasama pemikiran
• Tanpa teknologi, pembelajaran yang up-to-date membutuhkan waktu yang lama
4. TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran
• Penyampaian pengetahuan mempertimbangkan konteks dunia nyata
• Memberikan ilustrasi berbagai fenomena ilmu pengetahuan untuk mempercepat penyerapan bahan ajar
• Pelajar melakukan eksplorasi terhadap pengetahuannya secara lebih luas dan mandiri
• Akuisisi pengetahuan berasal dari interaksi mahasiswa dan guru
• Rasio antara pengajar dan peserta didik sehingga menentukan proses pemberian fasilitas
5. TIK sebagai pendukung manajemen pembelajaran
• Tiap individu memerlukan dukungan pembelajaran tanpa henti tiap harinya
• Transaksi dan interaksi interaktif antar stakeholder memerlukan pengelolaan back office yang kuat
• Kualitas layanan pada pengeekan administrasi ditingkatkan secara bertahap
• Orang merupakan sumber daya yang bernilai
6. TIK sebagai sistem pendukung keputusan
• Tiap individu memiliki karakter dan bakat masing-masing dalam pembelajaran
• Guru meningkatkan kompetensinya pada berbagai bidang ilmu
• Profil institusi pendidikan diketahui oleh pemerintah.
sumber : kuliah kapita selekta pendidikan ilmu komputer bersama Dr. Wawan Setiawan, M.Kom

(Mira Suryani )

Thursday, January 12, 2012

Did You Know?

Tahukah anda? menurut yang saya baca di sebuah artikel bahwa ternyata eh ternyata kentut sapi juga berperan dalam menghasilkan gas metana.,kalau begitu sapi seharusnya di larang kentut aj ya? agar gas metananya tidak keluar.he..he..he..:) Tapi gas metana juga bisa dimanfaatkan sebagai Biodiesel lho. Jadi biarkanlah sapi buang gas, sebelum kentut di larang. he..





Tahukah anda? menurut penelusuran saya di kompas.com, bahwa sebenarnaya beberapa ribu tahun kedepan ya sekitar 1.500 tahun mendatang kata " peneliti (Luke Skinner, ilmuwan dari Universitas Cambridge)", kita bisa menikmati zaman es., he..tapi kalo kita masih hdup. Tapi itu semua akan sedikit tertunda karena adanya Emisi Karbon yang ada. Kalau mau baca selengkapnya klik aja di http://sains.kompas.com/read/2012/01/10/15454333/Emisi.Karbon.Menunda.Zaman.Es

Thursday, January 5, 2012

Penanggulangan Global warming

. Penanaman hutan kembali atau reboisasi, karena itu akan mengurangi dampak pemanasan global lebih lanjut.
. bike to work, itu juga akan mengurangi dampak efect rumah kaca terhadap pemanasan global.
. mencintai lingkungan, dalam artian menjaga kelestarian lingkungan dan itu bisa kita mulai dari kita pribadi.

  karena dampak pemanasan global yang berkelanjutan akan menyengsarakan anak cucu kita nanti, toh tidak cuma kita kan yang akan hidup selamanya karena hidup juga ada re generasi, jadi apa salahnya kita menjaga dan melestarikan bumi tempat kita tinggal. jika kita tidak peduli akan nasib bumi, beginilah jadinya sedikit gambaran




 

Dari ulasan sedikit penanggulangannya dan dari video di atas kita dapat menyimpulkan bahwa global warin atau pemanasan global itu sangatlah berbahaya bagi kelangsungan kehidupan makhluk di bumi ini. Jadi saya ingatkan kembali buat kita semua bahwa pemanasan global juga mempengaruhi perubahan iklim dengan cepat., tetapi perubahan iklim ini dapat kita antisipasi salah satunya dengan adaptasi (penyesuaian) terhadap perubahan iklim yang bertujuan untuk meminimalisasi dampak yang telah terjadi, mengantisipasi resiko, sekaligus mengurangi biaya yang harus dikeluarkan akibat perubahan iklim. 
 Hal-hal yang dapat dilakukan untuk beradaptasi antara lain:
Memahami kondisi cuaca dan pergerakan angin sebelum beraktivitas.
Penyesuaian pola tanam yang mengikuti peruahan musim.
Tidak menggali tanah yang miring di lereng bukit atau gunung untuk mencegah longsor.
Bagi yang bertempat tinggal di dekat pantai, agar mewaspadai pasang air laut.
Membudayakan hidup bersih dan membiasakan membuang sampah pada tempatnya unuk mencegah banjir karena tersumbatnya aliran air.
Membuat bak atau kolam untuk menampung hujan dan membuat sumur resapan.

Sedikit Ulasan

.Global warming itu sendiri

 Global warming atau dalam bahasa indonesia kita sebut pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi yang terjadi karena adanya tumpukan gas rumah kaca ataupun bisa di sebut effect rumah kaca yang keluar antara lain dari uap air, CO2, Freon , asap kendaraan dan gas - gas metan, Nitrous Oksida (N2O) yang berasal dari kegiatan pertanian atau pemupukan, transporasi, dan proses industri, Hidroflourokarbon (HFCs) berasal dari sistem pendingin, aerosol, foam, pelarut, dan pemadam kebakaran, Perflourokarbon (PFCs) berasal dari proses industri, dan Sulfurheksafluorida (SF6) berasal dari proses industri dan semuanya itu terperangkap di atmosfer bumi. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Sehingga terjadi peningkatan suhu rata - rata bumi setiap tahunnya. Itu menyebabkan mencairnya es di kutub. Dari sini pulalah belakangan ini terjadi anomaly cuaca sehingga cuaca sulit di prediksi.

.Akibat dari global warming itu sendiri

>Perubahan iklim akan menyebabkan pergeseran musim. Musim kemarau akan berlangsung lama dan dapat menyebabkan kekeringan, sehingga kebakaran hutan meningkat setiap tahunnya.
>Terjadinya pergeseran musim, sehingga musiim sulit di prediksi dan sering kali perubahan ini terjadi secara siknifikan.
>Akibat Global Warming, Suhu Bumi Akan Naik 5,2 Derajat Celcius.
 
Dari itu semua marilah kita menjaga bumi kita bersama.
 
Angry Birds -  Red Bird